Thaher Hanubun Kunjungi Makam Nen Dit Sakmas di Wain
pada tanggal
Friday, 28 June 2019
Edit
LANGGUR, LELEMUKU.COM - Bupati Maluku Tenggara (Malra), Provinsi Maluku, M. Thaher Hanubun mengunjungi Makam Nen Dit Sakmas, Tokoh perempuan Kei yang melahirkan hukum adat Larvul Ngabal di Desa Wain, Kecamatan Kei Kecil Timur pada Senin (24/06/2019).
Bupati Hanubun selain berziarah kemakam Nen Dit Sakmas, juga untuk meninjauh pembangunan pra sarana penunjang yang saat ini sementara dikerjakan.
"Tujuan Pemkab Malra membangun makam ini agar masyarakat Kei memaknai dan kembali ke asalnya. Artinya, kita dapat memahami dan mengetahui adat dan budaya setempat dan tokoh penting yang melahirkan dan meletakan hukum dasar Larvul Ngabal di bumi Kei,” kata dia di Langgur.
Bupati bersama ibu-ibu berziarah dan memperingati satu hari Nen Dit Sakmas, agar semua orang mengetahui siapa sebenarnya tokoh penting dibalik lahirnya hukum adat Kei tersebut. Menurutnya, dalam hukum adat Nen Dit Sakmas, termasuk hukum adat Hawear Balwirin atau Sasi, masyarakat Kei bisa memahami tujuan adat dan martabat wanita Kei.
“Apa yang sudah diputuskan oleh tokoh Nen Dit Sakmas harus kita lakukan dan kaum laki-laki harus menghormati kaum perempuan khusus perempuan Kei,” pintanya. Makna dari semua perjalanan ini menurut Hanubun sangat luar biasa, karena Nen Dit Sakmas tokoh wanita Kei dan tokoh-tokoh Leluhur lainya bersama-sama menetapkan hukum adat Kei Larvul Ngabal di rumah Amalir Loor di Desa Ellar. Kita tidak hanya bersuara dan mengakui kita anak adat, tetapi anak adat itu didasari atas sikap, perbuatan dan ucapan yang kita lakukan dan lontarkan kepada orang lain,” paparnya.
Dilanjutkan, tradisi dan budaya di Kepualauan Kei harus selalu dijaga dan dirawat bersama oleh masyarakat dan Pemda melalui berbagai cara, termasuk bidang pendidikan.
"Semua sikap kita bisa mencerminkan apakah kita anak adat atau tidak. Untuk itu, cerita Nen Dit Sakmas di angkat supaya memaknai semua tatanan kehidupan orang Kei. Dikatakan, Pemkab Malra akan mengangkat cerita tokoh perempuan Kei Nen Dit Sakmas agar masyarakat mengetahui terlebih dahulu mulai dari tingkat pendidikan dasar sampai menengah, bahkan dimasukan dalam kurikulum pelajaran. Rencananya budaya Kei akan ditampilkan melalui kurikulum pelajaran yang sifatnya umum sehingga tidak menimbulkan beda pendapat, dan ini akan dimasukan dalam muatan lokal bagi SD dan SMP dan sudah jalan pada tahun ajaran ini," ujar dia. (DiskominfoMalra)
Bupati Hanubun selain berziarah kemakam Nen Dit Sakmas, juga untuk meninjauh pembangunan pra sarana penunjang yang saat ini sementara dikerjakan.
"Tujuan Pemkab Malra membangun makam ini agar masyarakat Kei memaknai dan kembali ke asalnya. Artinya, kita dapat memahami dan mengetahui adat dan budaya setempat dan tokoh penting yang melahirkan dan meletakan hukum dasar Larvul Ngabal di bumi Kei,” kata dia di Langgur.
Bupati bersama ibu-ibu berziarah dan memperingati satu hari Nen Dit Sakmas, agar semua orang mengetahui siapa sebenarnya tokoh penting dibalik lahirnya hukum adat Kei tersebut. Menurutnya, dalam hukum adat Nen Dit Sakmas, termasuk hukum adat Hawear Balwirin atau Sasi, masyarakat Kei bisa memahami tujuan adat dan martabat wanita Kei.
“Apa yang sudah diputuskan oleh tokoh Nen Dit Sakmas harus kita lakukan dan kaum laki-laki harus menghormati kaum perempuan khusus perempuan Kei,” pintanya. Makna dari semua perjalanan ini menurut Hanubun sangat luar biasa, karena Nen Dit Sakmas tokoh wanita Kei dan tokoh-tokoh Leluhur lainya bersama-sama menetapkan hukum adat Kei Larvul Ngabal di rumah Amalir Loor di Desa Ellar. Kita tidak hanya bersuara dan mengakui kita anak adat, tetapi anak adat itu didasari atas sikap, perbuatan dan ucapan yang kita lakukan dan lontarkan kepada orang lain,” paparnya.
Dilanjutkan, tradisi dan budaya di Kepualauan Kei harus selalu dijaga dan dirawat bersama oleh masyarakat dan Pemda melalui berbagai cara, termasuk bidang pendidikan.
"Semua sikap kita bisa mencerminkan apakah kita anak adat atau tidak. Untuk itu, cerita Nen Dit Sakmas di angkat supaya memaknai semua tatanan kehidupan orang Kei. Dikatakan, Pemkab Malra akan mengangkat cerita tokoh perempuan Kei Nen Dit Sakmas agar masyarakat mengetahui terlebih dahulu mulai dari tingkat pendidikan dasar sampai menengah, bahkan dimasukan dalam kurikulum pelajaran. Rencananya budaya Kei akan ditampilkan melalui kurikulum pelajaran yang sifatnya umum sehingga tidak menimbulkan beda pendapat, dan ini akan dimasukan dalam muatan lokal bagi SD dan SMP dan sudah jalan pada tahun ajaran ini," ujar dia. (DiskominfoMalra)